Kalau dua pertanyaan itu hanya untuk soal-soal dunia saja, maka kita akan merugi. “Kenapa saya hanya seperti ini? Bagaim
ana
nasib saya kelak, saya akan miskin atau kaya?” Selalu merasa tidak
cukup, tidak syukur dan tidak mau menerima apa adanya. Merasa kurang dan
was-was dengan apa yang terjadi kelak. Ketakutan akan gagal, kemiskinan
yang mencekik, dan bayangan-bayangan negatif yang kita bangun sendiri.
Pikiran kita sibuk menghalau asumsi-asumsi yang kita ciptakan sendiri.
Kita menjadi kerdil dengan halangan, rintangan yang terasa benar,
padahal belum tentu ada. Kita terjebak pada dua pertanyaan itu, kenapa
dan bagaimana.
Tetapi manakala dua pertanyaan itu kita gunakan untuk akhirat kita. “Kenapa ibadah kita cuman segini, dan bagaimana nasib kita kelak di hari perhitungan?” Maka diri ini yang ada hanya tertunduk malu. Karena kita tidak melakukan apa-apa untuk memperkaya bekal kita. Kita berleha-leha, menikmati waktu dengan canda tawa. Menghiasi hari dengan memanjakan diri sendiri. Akhirat berasa masih jauh, masih lama, masih bertahun-tahun lamanya. Tabiat ini lah yang membuat kita lemah. Merasa bahwa akhirat masih jauh, bekal masih bisa dicari nanti. Padahal usia sudah merambah cepat. Dunia sudah tua dan ingin segera kiamat. Semuanya berlalu santai, tanpa ada target perbaikan. segala tawaran tobat, hanya isapan jempol belaka. Dan akhirnya, tiba-tiba suara ngorok dari leher, tanda sakaratul maut bergegas menghabisi nyawa di raga. Dan di saat itu semua sudah terlambat.
Tetapi manakala dua pertanyaan itu kita gunakan untuk akhirat kita. “Kenapa ibadah kita cuman segini, dan bagaimana nasib kita kelak di hari perhitungan?” Maka diri ini yang ada hanya tertunduk malu. Karena kita tidak melakukan apa-apa untuk memperkaya bekal kita. Kita berleha-leha, menikmati waktu dengan canda tawa. Menghiasi hari dengan memanjakan diri sendiri. Akhirat berasa masih jauh, masih lama, masih bertahun-tahun lamanya. Tabiat ini lah yang membuat kita lemah. Merasa bahwa akhirat masih jauh, bekal masih bisa dicari nanti. Padahal usia sudah merambah cepat. Dunia sudah tua dan ingin segera kiamat. Semuanya berlalu santai, tanpa ada target perbaikan. segala tawaran tobat, hanya isapan jempol belaka. Dan akhirnya, tiba-tiba suara ngorok dari leher, tanda sakaratul maut bergegas menghabisi nyawa di raga. Dan di saat itu semua sudah terlambat.
0 komentar:
Posting Komentar