~RENUNGAN HATI~

Dalam hening, seringkali ada desir melambai. Suara jiwa yang seringkali mengajak bicara. Tentang hari ini, KENAPA , dan tentang masa depan, BAGAIMANA. Dua pertanyaan itu yang nampaknya akan selalu membekas. Kenapa hari ini hanya seperti ini, dan bagaimana masa depan kita nanti.

Kalau dua pertanyaan itu hanya untuk soal-soal dunia saja, maka kita akan merugi. “Kenapa saya hanya seperti ini? Bagaim

ana nasib saya kelak, saya akan miskin atau kaya?” Selalu merasa tidak cukup, tidak syukur dan tidak mau menerima apa adanya. Merasa kurang dan was-was dengan apa yang terjadi kelak. Ketakutan akan gagal, kemiskinan yang mencekik, dan bayangan-bayangan negatif yang kita bangun sendiri. Pikiran kita sibuk menghalau asumsi-asumsi yang kita ciptakan sendiri. Kita menjadi kerdil dengan halangan, rintangan yang terasa benar, padahal belum tentu ada. Kita terjebak pada dua pertanyaan itu, kenapa dan bagaimana.

Tetapi manakala dua pertanyaan itu kita gunakan untuk akhirat kita. “Kenapa ibadah kita cuman segini, dan bagaimana nasib kita kelak di hari perhitungan?” Maka diri ini yang ada hanya tertunduk malu. Karena kita tidak melakukan apa-apa untuk memperkaya bekal kita. Kita berleha-leha, menikmati waktu dengan canda tawa. Menghiasi hari dengan memanjakan diri sendiri. Akhirat berasa masih jauh, masih lama, masih bertahun-tahun lamanya. Tabiat ini lah yang membuat kita lemah. Merasa bahwa akhirat masih jauh, bekal masih bisa dicari nanti. Padahal usia sudah merambah cepat. Dunia sudah tua dan ingin segera kiamat. Semuanya berlalu santai, tanpa ada target perbaikan. segala tawaran tobat, hanya isapan jempol belaka. Dan akhirnya, tiba-tiba suara ngorok dari leher, tanda sakaratul maut bergegas menghabisi nyawa di raga. Dan di saat itu semua sudah terlambat.

0 komentar:

Posting Komentar