Iman ~ Apakah ukhty mau jadi istri kdua saya? Tanya Iman tegas dan yakin.
Tiba-tiba mata Dinda merah, air matanya mulai berlinang....
Dinda ~ Tak pernah kusangka ternyata akhi sudah beristri. Akhi jahat Sanggup mempermainkan hati saya. Akhi ingat saya tiada maruah? Hah...!!! Pekik Dinda dgn suara tersekat-sekat.
Mata Iman melihat kiri kanan, mun
gkin
ada sesiapa yg memandang perlakuan dia dan Dinda. Dia takut kalau ada
orang yang berpikir aneh tentang mereka, karena sikap Dinda yang tidak
seperti penampilanya.
Dinda ~ saya ingat kita telah lama kenal, dan selama itu akhi masih bujang. Tapi rupa2 nya. ..!!! Dinda mulai sebak.
Iman ~ Saya tak bermaksud ....,,
Dinda ~ sudahlah...!! Jgn bermulut manis lagi. cukup..!! Potong Dinda dgn kasar.
Akhi kelihatan Alim, tpi sanggup menipu saya. Dan akhi mau melamar saya menjadi istri kedua. Akhi ingat saya ini siapa? Suara Dinda smakin tinggi, stinggi egonya.
Iman diam seribu bhasa. dia sudah tahu bahwa Dinda tidak seperti yang dia kenal slama ini.
Dinda pun bergegas dari situ, sambil mengelap air mata dgn tudung labuhnya. Dalam hatinya, Iman seolah2 menghinanya apabila menginginkannya untuk bermadu.
Iman muram, namun msih terselit kekecewaan di sudut hatinya. Ternyata wanita yang dicintainya tidak bisa menerimanya.
ADA HIKMAH. .bisik Iman. Tentang pandangannya terhadap Dinda.
Hujung minggu berjalan seperti biasa. program2 dakwah menyibukan dirinya sebagai seorang muslim yang beramal dgn apa yg diyakininya.
Dia banyak menghabiskan uangnyauntuk memenuhi tuntutan dakwah yg seringkali memerlukan pengorbanan yg tdk berbelah bagi. Namun hatinya tegas dan yakin bahwa inilah jalannya. Jalan yg membwa dia menemui TUHAN nya. Dengan hati yg tenang serta bhagia di hari kelak.
Keyakinan serta keaktifannya berdakwah sedikit banyak memenangi hati gadis2 dalam jama'ahnya. Malahan dia dilihat sbgai calon suami yg bakal memandu keluarganya nanti ke arah memperjuangkan agama yg dianutnya sjak sekian lama.
Dia masih aktif dlm dakwah meskipun hubungannya dgn pujaan hati tiada jalan penyelesaiannya. Dia mau baikan dgn Dinda,namun sikap dinda yg keras dan kurang memahami arti dakwah menghentikan usaha Iman tersebut. Bagi Dinda, Iman tak ubahnya seperti laki2 lainnya.
Karena terlalu matang memikirkn dakwah,dari pada shabat2 muda lainnya. Namun, Allah SWT Maha mengetahui lagi pemurah.smua itu ada hikmahnya.
Suatu petang dalam suatu program dakwah di sbuah madrasah, Iman di kejutkan dgn luahan ikhlas shabat lamanya, Nayla. Dalam hati, iman takut kalau Nayla pun juga tidak mau menjadi sayap kiri perjuangannya slepas brumah tangga nanti. Istri pertama sudah pasti membawa dia menemui TUHANnya. Namun, Nayla yg tidak begitu dia kenal, mungkinkah sama seperti Dinda atau tidak. ???
Iman berjumpa dgn Nayla,di kenalkan oleh shbat2 lamanya.
Dengan tegas dan yakin, skali lagi Iman mengulangi pertanyaan sperti pertanyaan kpd Dinda.
Iman ~ Apakah ukhty bersedia menjadi istri kdua saya ?
Nayla ~ Bersedia...jawabnya ringkas.
Iman ~ Sungguhkah ukhty... Tergagap dirinya menerima jwbn dari Nayla yg tenang dan yakin.
Nayla menganggukan sedikit kepalanya. Langsung tiada rasa tkut maupun kcewa pabila lamaran sbgai istri kdua yg di lafazkan Iman.
Iman ~ kenapa ukhty mau menjadi istri ke dua saya?
Nayla ~ saya ingin membantu gerak kerja dakwah kanda. Jawab Nayla yakin tpi sdikit malu.
Iman ~ baiklah .. jawabnya tersenyum.
Akhirnya dia dikaruniakan sayap kiri yg sangat membntu dlm gerak kerja dakwahnya slama ini. Stelah sminggu mendirikan Rumah Tangganya bersama Nayla, Iman merasa senang, pakaiannya dijaga, makannya trsedia, malah Nayla sangat membantu gerak kerja Iman semampu mungkin.
Stiap kali turun kelapangan untuk berdakwah, Iman membawa Nayla untk membntu kerja dakwah seadanya. Kadang kala Nayla pun merasa letih dan lelah, namun dia tetap tersenyum karena bisa membantu dakwah suaminya. Suaminya terlalu kerap keluar dakwah, seperti mesin yg tiada hayat. Namun,inilah yg dia yakini sbelum kawin dgn Iman. Membantu suami mlancarkan gerak kerja dakwah. Nayla tidak ingin menjadi penghalang dakwah suaminya.
Nayla ~ kanda. .saya mau tanya boleh? Kata Nayla di kereta swaktu dlm perjalanan ksebuah program dakwah.
Iman ~ iya sayang,.. Jawabnya sambil tersenyum.
Nayla ~ Kanda kok gak pernah bawa saya bertemu dgn istri pertamanya kanda sih?
Iman ~ Iya nanti sampai sana kita pasti akan bertemu dengannya. Jawab Iman sambil senyum.
Nayla ~ Hmmm...akhirnya aku akan segera bertemu dengannya. Bisik nayla dalam hatinya.
Hati Nayla berdebar, sungguh tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengan istri pertama suaminya yang selama ini banyak membantu kerja dakwah Iman. Meskipun begitu disudut hati kecilnya , nayla mrendah diri karena usahanya membantu dakwah suaminya hanya sedikit dibanding istri pertamanya Iman yang banyak membntu slama ini.
Iman ~ kita sudah sampai... sambil memegang beg brisi file ditangannya. Lalu berdiri dan turun dari kereta. Mereka pun menuju ke sebuah MASJID. Iman menoleh ke arah Nayla..
Iman ~ itu istri pertama kanda sambil menuding jari ke arah Masjid tersebut.
Nayla ~ Mana kanda ? Nayla mencari-cari penasaran. Matanya terfokus ke arah jari suaminya menunjuk. Tak nampak seorangpun disana.
Nayla ~ siapa nama istri pertama kanda? tanyanya.
Iman pun tersenyum lebar sambil memandang Nayla penuh tenang.
Kemudian Iman menjawab... PERJUANGAN BERDAKWAH. Jawab Iman dengan tersenyum ^___^
Dinda ~ saya ingat kita telah lama kenal, dan selama itu akhi masih bujang. Tapi rupa2 nya. ..!!! Dinda mulai sebak.
Iman ~ Saya tak bermaksud ....,,
Dinda ~ sudahlah...!! Jgn bermulut manis lagi. cukup..!! Potong Dinda dgn kasar.
Akhi kelihatan Alim, tpi sanggup menipu saya. Dan akhi mau melamar saya menjadi istri kedua. Akhi ingat saya ini siapa? Suara Dinda smakin tinggi, stinggi egonya.
Iman diam seribu bhasa. dia sudah tahu bahwa Dinda tidak seperti yang dia kenal slama ini.
Dinda pun bergegas dari situ, sambil mengelap air mata dgn tudung labuhnya. Dalam hatinya, Iman seolah2 menghinanya apabila menginginkannya untuk bermadu.
Iman muram, namun msih terselit kekecewaan di sudut hatinya. Ternyata wanita yang dicintainya tidak bisa menerimanya.
ADA HIKMAH. .bisik Iman. Tentang pandangannya terhadap Dinda.
Hujung minggu berjalan seperti biasa. program2 dakwah menyibukan dirinya sebagai seorang muslim yang beramal dgn apa yg diyakininya.
Dia banyak menghabiskan uangnyauntuk memenuhi tuntutan dakwah yg seringkali memerlukan pengorbanan yg tdk berbelah bagi. Namun hatinya tegas dan yakin bahwa inilah jalannya. Jalan yg membwa dia menemui TUHAN nya. Dengan hati yg tenang serta bhagia di hari kelak.
Keyakinan serta keaktifannya berdakwah sedikit banyak memenangi hati gadis2 dalam jama'ahnya. Malahan dia dilihat sbgai calon suami yg bakal memandu keluarganya nanti ke arah memperjuangkan agama yg dianutnya sjak sekian lama.
Dia masih aktif dlm dakwah meskipun hubungannya dgn pujaan hati tiada jalan penyelesaiannya. Dia mau baikan dgn Dinda,namun sikap dinda yg keras dan kurang memahami arti dakwah menghentikan usaha Iman tersebut. Bagi Dinda, Iman tak ubahnya seperti laki2 lainnya.
Karena terlalu matang memikirkn dakwah,dari pada shabat2 muda lainnya. Namun, Allah SWT Maha mengetahui lagi pemurah.smua itu ada hikmahnya.
Suatu petang dalam suatu program dakwah di sbuah madrasah, Iman di kejutkan dgn luahan ikhlas shabat lamanya, Nayla. Dalam hati, iman takut kalau Nayla pun juga tidak mau menjadi sayap kiri perjuangannya slepas brumah tangga nanti. Istri pertama sudah pasti membawa dia menemui TUHANnya. Namun, Nayla yg tidak begitu dia kenal, mungkinkah sama seperti Dinda atau tidak. ???
Iman berjumpa dgn Nayla,di kenalkan oleh shbat2 lamanya.
Dengan tegas dan yakin, skali lagi Iman mengulangi pertanyaan sperti pertanyaan kpd Dinda.
Iman ~ Apakah ukhty bersedia menjadi istri kdua saya ?
Nayla ~ Bersedia...jawabnya ringkas.
Iman ~ Sungguhkah ukhty... Tergagap dirinya menerima jwbn dari Nayla yg tenang dan yakin.
Nayla menganggukan sedikit kepalanya. Langsung tiada rasa tkut maupun kcewa pabila lamaran sbgai istri kdua yg di lafazkan Iman.
Iman ~ kenapa ukhty mau menjadi istri ke dua saya?
Nayla ~ saya ingin membantu gerak kerja dakwah kanda. Jawab Nayla yakin tpi sdikit malu.
Iman ~ baiklah .. jawabnya tersenyum.
Akhirnya dia dikaruniakan sayap kiri yg sangat membntu dlm gerak kerja dakwahnya slama ini. Stelah sminggu mendirikan Rumah Tangganya bersama Nayla, Iman merasa senang, pakaiannya dijaga, makannya trsedia, malah Nayla sangat membantu gerak kerja Iman semampu mungkin.
Stiap kali turun kelapangan untuk berdakwah, Iman membawa Nayla untk membntu kerja dakwah seadanya. Kadang kala Nayla pun merasa letih dan lelah, namun dia tetap tersenyum karena bisa membantu dakwah suaminya. Suaminya terlalu kerap keluar dakwah, seperti mesin yg tiada hayat. Namun,inilah yg dia yakini sbelum kawin dgn Iman. Membantu suami mlancarkan gerak kerja dakwah. Nayla tidak ingin menjadi penghalang dakwah suaminya.
Nayla ~ kanda. .saya mau tanya boleh? Kata Nayla di kereta swaktu dlm perjalanan ksebuah program dakwah.
Iman ~ iya sayang,.. Jawabnya sambil tersenyum.
Nayla ~ Kanda kok gak pernah bawa saya bertemu dgn istri pertamanya kanda sih?
Iman ~ Iya nanti sampai sana kita pasti akan bertemu dengannya. Jawab Iman sambil senyum.
Nayla ~ Hmmm...akhirnya aku akan segera bertemu dengannya. Bisik nayla dalam hatinya.
Hati Nayla berdebar, sungguh tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengan istri pertama suaminya yang selama ini banyak membantu kerja dakwah Iman. Meskipun begitu disudut hati kecilnya , nayla mrendah diri karena usahanya membantu dakwah suaminya hanya sedikit dibanding istri pertamanya Iman yang banyak membntu slama ini.
Iman ~ kita sudah sampai... sambil memegang beg brisi file ditangannya. Lalu berdiri dan turun dari kereta. Mereka pun menuju ke sebuah MASJID. Iman menoleh ke arah Nayla..
Iman ~ itu istri pertama kanda sambil menuding jari ke arah Masjid tersebut.
Nayla ~ Mana kanda ? Nayla mencari-cari penasaran. Matanya terfokus ke arah jari suaminya menunjuk. Tak nampak seorangpun disana.
Nayla ~ siapa nama istri pertama kanda? tanyanya.
Iman pun tersenyum lebar sambil memandang Nayla penuh tenang.
Kemudian Iman menjawab... PERJUANGAN BERDAKWAH. Jawab Iman dengan tersenyum ^___^
0 komentar:
Posting Komentar