Setelah Kau Menikahiku 6
(Pernikahan Simulasi Part 6)
Pernikahan Simulasi (Bagian 6)
“Selamat, anda positif” Ujar dokter cantik itu sambil mengulurkan selembar kertas yang isinya tidak kumengerti.
“Maksutnya dok? Saya kena penyakit apa?”
“Anda tidak sakit, anda positif hamil sekarang” dokter itu tersenyum.
“Hamil?” tanyaku masih belum percaya.
“Iya dan selamat anda akan segera menjadi seorang ibu”
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain senyum yang kupaksakan
tersungging di depan dokter itu karena di benakku masih ada sisa-sisa
keterkejutan yang teramat sangat. Entah bagaimana perasaanku sekarang
aku masih belum paham. Namun ada kebahagiaan tersirat di dalamnya.
Kebahagiaan macam apa ini? Apakah ini rasanya jika akan menjadi seorang
ibu? Rasanya akan punya anak yang lahir dari rahim sendiri? Mungkin ini
seperti yang dikatakan Idan jika punya anak sendiri pasti berbeda
rasanya dengan jika hanya anak angkat.
Kutelpon ibu. Kukabarkan kebenaran tebakan ibu tadi. Dari seberang sana kudengar ibu histeris bahagia.
“Sudah kau beritahu Idan?”
“Belum” jawabku pendek.
“Segera beritahu dia! Dia pasti sangat senang!”
“Iya nanti lah. Udah dulu ini taksinya sudah datang. Assalamu’alaikum”
“Oh iya. Wa’alaikumusalam”
Kututup handphoneku dan segera menyetop taksi yang lewat.
Dalam perjalanan pulang aku masih bertanya-tanya entah apa yang akan
kukatakan pada Idan nanti di rumah? Dan seperti apa nanti reaksinya?
***
Sampai rumah Idan belum pulang. Masih beberapa jam lagi dia biasanya baru pulang.
Rasanya sepi sekali sendirian begini. Padahal hari-hari sebelumnya
biasa saja rasanya sendirian di rumah. Kenapa tiba-tiba jadi seperti
ini? Aku jadi merindukan Idan. Aku ingin dia segera pulang sekarang.
Aku beranikan diri meneleponnya. Sesaat nada tunggu terdengar nyaring
di telingaku sampai akhirnya suara orang yang kutunggu-tungguitu
terdengar.
“Halo Pit? Ada apa? Kamu udah baikan?”
“Kapan kamu pulang?” aku langsung pada pertanyaan intiku.
“Oh dua jam lagi aku pulang. Sabar ya? Kamu mau dibelikan lauk apa buat makan malam nanti? Mau gulai kepala kakap gak?”
“Terserah apa aja. Aku mau bilang sesuatu ke kamu” kataku. “Hati-hati di jalan nanti”
“O iya. Jaga diri baik-baik di rumah ya?”
Entah kenapa aku yang menginginkan Idan pulang cepat ternyata tidak
punya cukup keberanian untuk memaksanya pulang sekarang. Aku tidak ingin
lebih dulu merusak suasana karena aku ingin mengatakan sesuatu yang
penting padanya nanti.
Aku tidak tahu harus ngapain sekarang
sambil nunggu Idan. Akhirnya aku duduk melamun di dekat jendela sambil
menunggunya pulang.
Berbagai pikiran melintas di benakku
sampai aku tersadarkan oleh suara klakson di depan rumah. Tandanya Idan
sudah pulang. Kuintip dari jendela lantai dua. Kulihat dia tampak lelah
sekali, keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk sambil
menenteng bungkusan yang aku tahu itu pasti lauk yang ia janjikan tadi.
Aku langsung turun dan menyambutnya.
“Hai Pit. Kamu tampak udah baikan sekarang” sapanya.
“Aku kan sudah bilang aku tidak apa-apa.”
“Kita langsung makan malam yuuk. Ini aku sudah bawakan gulai kepala kakap yang aku janjikan tadi.”
“Sebaiknya kamu mandi dulu dan ganti pakaian. Bau sekali” saranku
padanya. Entah kenapa aku merasa keringat Idan lebih bau hari ini.
Idan menurut dan langsung ke kamar buat menaruh tas kerja, mandi dan
ganti pakaian. Aku menunggunya di meja makan sambil mengeluarkan nasi
yang belum sempat dimakan tadi pagi dari ricecooker.
Idan
datang ke ruang makan dengan wajah yang sudah lebih segar dari yang
tadi. Entah karena dia kurang bersih membilas sabun mandinya tadi atau
apa, aku merasa bau sabun mandi yang dikenakan Idan masih sangat
menyengat.
Kami pun mulai makan. Idan membuka bungkusannya tadi dan menuangkannya di mangkok sedang sambil bertanya,
“katanya mau bicara sesuatu padaku?”
“Iya, tapi kamu makan dulu aja. Aku takut setelah kubilangin, kamu jadi gak doyan makan nanti”
“Masak? Jadi penasaran nih. Jangan bilang kamu mau ngingetin
berakhirnya kontrak pernikahan simulasi kita lagi seperti dahulu hehehe”
canda Idan.
Aku melengos dan kutinju tangannya. Dia mengelak.
Sesaat kulihat gulai kepala kakap yang sepintas sangat menggiurkan.
Namun saat kusendok sedikit ke piringku, tiba-tiba baunya jadi sangat
menyengat dan mual-mual yang sempat menyerangku tadi pagi terasa
kembali. Aku langsung lari ke kamar mandi diikuti Idan yang terkejut.
“Kamu gak apa-apa kan Pit? Kalau sakit ayo aku antarkan ke dokter.”
Di dalam kamar mandi aku masih diam karena masih menahan muntah.
Barulah setelah muntahnya mereda aku keluar dan dengan dipapah Idan aku
menuju kamar untuk sekedar berbaring sejenak. Saat sudah berbaring Idan
menungguiku di samping tempat tidur.
“Kamu makan aja dulu. Aku lagi gak selera makan” perintahku padanya.
“Kamu masih sakit Pit. Ayo kuantar ke dokter!” Idan tidak memperdulikan perintahku tadi.
“Aku gapapa” desahku.
“Tapi jelas kamu seperti ini! Bagaimana kamu bisa bilang gapapa?”
“Aku beneran gapapa Dan. Tadi aku sudah ke dokter.”
“Kamu ke dokter? Diantar sama siapa?”
“Sendirian”
“Sendiri? Kenapa tidak minta aku buat mengantarkan tadi pagi? Kalau
aku udah di kantor kenapa tidak minta ibu atau temenmu buat ngantarkan?
Nanti kalau kamu pingsan di jalan gimana? Siapa yang njagain?” Idan
mencercaku dengan banyak pertanyaan.
“Aku ga mau ngerepotin
kamu dan ibu. Lagian aku gapapa kok. Buktinya aku gak pingsan di jalan,
masih bisa pulang dan ketemu kamu?”
“Tapi Pit, aku kan suamimu? Aku jelas khawatir!” Idan tampak gemas.
“Aku tahu. Udahlah jangan diperdebatkan lagi. Aku sedang tidak punya
tenaga untuk berdebat denganmu seperti biasanya. Aku cuma mau ngomong
sesuatu ke kamu.”
Tatapan Idan pun melembut dan bertanya “Mau ngomong apa”
“Janji jangan kaget ya?” pintaku sambil mengulurkan jari kelingkingku sebagai tanda persetujuan janji.
Idan menyambutnya sambil berkata “Asalkan jangan bilang mau ngingetin
berakhirnya kontrak pernikahan simulasi kita aja. Kalau yang itu mungkin
aku akan kaget setengah mati, kena serangan jantung dan mati mendadak
hehehe”
Kutinju lagi tangannya. Dia mengaduh kesakitan. Dasar Idan tak pernah berhenti mencandaiku.
“Aku hamil Dan” kataku pendek namun cukup untuk menghentikan tawa Idan seketika.
Aku menunggu reaksinya. Dia masih diam tak berkata- apa-apa sambil
menatapku. Aku tak bisa membaca ada apa di balik tatapannya itu dan
tiba-tiba dengan cepat Idan menarikku dan memelukku erat sambil berkata “
Aku belum pernah sebahagia ini Pit”
Aku pun turut larut dalam kebahagiaan itu. Kebahagiaan Idan. Kebahagiaan kami..
^^^^^^^^^^^^^
Aku menjalani masa-masa kehamilan selayaknya perempuan-perempuan hamil
yang lainnya. Gak boleh begini, gak boleh begitu, gak bisa ini gak bisa
itu, gak boleh makan ini gak boleh makan itu. Setiap hari selalu
dicereweti Ibu yang tiap hari telpon buat memastikan kalau anak
perempuanya ini bener-bener baik-baik saja. Menyebalkan tapi aku nikmati
saja saat-saat seperti ini. Mungkin inilah asyiknya pernak-pernik jika
menjadi calon ibu.
Idan juga makin memanjakanku. Tiap hari ia
membelikanku berbagai macam hadiah kejutan. Katanya biar aku senang.
Jika aku senang maka anak dalam kandunganku pun juga senang. Apapun yang
kumau juga diusahakan oleh Idan untuk dipenuhi. Idan menuruti saja apa
kata ibu yang bilang kalau orang hamil minta sesuatu tidak dituruti,
maka anaknya nanti akan jadi ngileran. Ah tahayul menurutku. Emang ada
penjelasan ilmiahnya?
Tapi ada untungnya bagiku karena aku
jadi bisa minta apa aja ke Idan. Tapi aku juga masih perasaan karena aku
juga tak mau membuat Idan makin kelimpungan di samping kesibukannya
mencari nafkah yang sebenarnya aku sendiri juga mensuplai cukup banyak
untuk kebutuhan rumah tangga kami.
Dalam masa kehamilan ini
sebenarnya aku tidak terlalu rewel untuk masalah makanan dan susu
nutrisi ibu hamil. Cuma mungkin jadi agak sensi ketika bertemu dengan
makanan yang bersantan dan berbau menyengat karena bau yang dalam
kondisi biasa akan tercium biasa saja, kali ini akan tercium
berlipa-lipat lebih menyengat dan membuatku mual-mual.
Idan
pun menyesuaikan diri dengan membuat makanan-makananyang baunya tak
terlalu menyengat, jika membuat sayur menghindari yang bersantan dan dia
harus rela meninggalkan makanan kesukaannya: gulai yang paling tidak
harus ia hindari sampai aku melahirkan nanti. Makan di luar? Tetap tidak
bisa karena jika pulang nanti pasti aku masih bisa mencium baunya.
Setiap hari Idan sibuk membuat list apa saja yang harus dibeli untuk
kebutuhan bayi kami nanti. Ia bahkan membeli banyak buku-buku tentang
kehamilan dan persiapan melahirkan mulai dari tips dan trik sampai buku
tentang nama-nama anak yang bagus. Aku bahkan belum sempat membaca
buku-buku itu. Kulihat Idan juga jarang membacanya. Lalu untuk apa
dibeli? Mungkin gejolak sesaat saja karena ia masih gugup mengetahui
dirinya akan menjadi calon ayah buat anak pertama kami ini.
Aku masih bekerja meskipun mungkin agak berkurang intensitasnya. Idan
sudah melarangku bekerja. Namun itu berarti aku harus meninggalkan
pekerjaanku sekarang dan aku gak mau itu sampai terjadi. Aku pun
bersikeras kalau aku gak ngapa-ngapain justru malah akan makin bosan,
susah, capek pikiran dan malah jadi gak sehat. Idan pun mengijinkanku
bekerja sampai masa-masa ketika aku perlu cuti nanti dengan catatan aku
tidak boleh terlalu capek, stress dan harus banyak-banyak istirahat. Aku
mengiyakan saja.
Yang jelas hari-hari kehamilanku tak kurang
apapun, penuh kejutan dan kebahagiaan selama ini sampai suatu sore
ketika Idan pulang cepat dan mengabariku kalau ia harus tugas keluar
kota.
“Aku ada tugas keluar kota Pit. Jadi kamu akan sendirian di rumah untuk beberapa waktu. Besok pagi aku berangkat”
“Kenapa tiba-tiba sekali? Sampai berapa lama? Kok harus kamu sih? Apa
gak bisa orang lain? Temen-temenmu? Nanti kalau aku butuh sesuatu ke
siapa dong? Kok kamu tega sih ninggalin aku di saat-saat seperti ini?”
Aku menjejalinya dengan pertanyaan-pertanyaan kebingunganku.
Sebenarnya bukan karena “jika aku butuh sesuatu minta ke siapa” karena
aku juga bisa sendiri atau minta ke ibu. Yang aku butuhkan saat ini
adalah Idan. Aku butuh bersama dia, aku butuh dia menemaniku di
masa-masa labilku sekarang ini.
“Kamu jangan gitu donk Pit.
Bukannya aku tega. Ini murni urusan pekerjaan. Harusnya bosku yang
bertemu dengan klien di sana. Tapi tadi bos mendadak tidak bisa dan dia
mau aku yang menggantikannya. Dia cuma percaya sama aku buat
menggantikannyamengingat proyek ini sangat penting bagi perusahaan kami.
Mungkin selama hampir dua bulanan. Aku sudah telpon Ibu. Aku minta
tolong beliau agar menjagamu selama aku keluar kota.”
“Lagian
gak lama-lama amat kok. Kamu pasti senang ditemani Ibu di rumah. Kalian
bisa sharing tentang pernak-pernik kewanitaan dan persiapan melahirkan
tanpa harus diikut campuri oleh laki-laki. Ibu tentu lebih tahu tentang
itu.”
Panjang lebar dia mengungkapkan alasannya. Sejujurnya
aku masih gak rela jika di pergi sekarang. Saat masa-masa aku sangat
membutuhkan kehadirannya namun aku tak kuasa menahannya lagi. Aku tak
punya daya lagi untuk berbantah-bantahan dengannya. Tubuhku terasa lemah
sekali saat hamil ini dan malas melakukan hal-hal yang menyita tenaga
dan pikiran. Apalagi yang membuat stress.
Tapi bukankah saat
ini saja aku sudah stress menghadapi kenyataan bahwa selama dua bulan ke
depan aku akan sendirian tanpa Idan? Meskipun ditemani ibu tapi akan
tetap sepi tanpa Idan. Aku heran mengapa aku jadi melankolis dan tak
berdaya seperti ini? Kontras sekali dengan aku dulu yang cenderung
mandiri dan tak butuh orang lain. Kulakukan banyak hal sendirian. Namun
sekarang? Aku benar-benar tak berdaya jika sendiri. Tak terbayang
bagaimana hari-hariku nanti tanpa Idan. Meskipun hanya sementara. Ya
kuharap sementara saja.
Akhirnya kuijinkan dia dengan berat
hati dan dengan segala konsekuensi. Mulai besok pagi Idan akan berangkat
keluar kota dan aku akan sendiri. Aku pasti akan sangat merindukannya.
Ah kuakui hari-hari yang telah kulalui dengan Idan selama ini memang tak
pernah membosankan.
Mungkin akan jadi membosankan jika tanpa dia.
***
Pagi-pagi sekali Idan berangkat dijemput temannya.
“Jaga diri kalian baik-baik ya. Aku akan cepat kembali” Idan berpamitan padaku sambil mengecup keningku.
“Hati-hati di jalan” jawabku pendek.
Aku berusaha bersikap biasa saja saat dia berpamitan. Sebenarnya
banyak pesan yang ingin kusampaikan padanya: jaga diri baik-baik, jangan
lupa makan, jaga kesehatan, jangan lupa telpon aku setiap hari, jangan
bikin masalah dengan orang lain, cepetan balik dan banyak lagi.
Namun semua terasa berhenti di tenggorokan. Aku sangat
mengkhawatirkannya namun aku tak kuasa menyampaikannyakarena aku takut
ketegaranku di depannya akan runtuh seketika ketika aku berbicara lebih
banyak dan tangisku tumpah. Aku jadi agak cengeng akhir-akhir ini.
“Jangan khawatirkan diriku. Justru aku yang mengkhawatirkandirimu. Dan
anak kita tentunya” Idan seperti bisa membaca gundah di benakku.
Aku mengangguk. Idan meninggalkan rumah dengan tetap menatapku.
Kekhawatiran yang sangat mendalam dalam sorot matanya. Aku berusaha
tetap tersenyum mengantarkan kepergiannya.
“Cepat balik!!”
Hanya kata itu yang terakhir bisa kuteriakkan padanya dari jauh di
sela-sela senduku yang tertahan. Entah kenapa aku merasa sangat khawatir
kali ini.
Tangisku tumpah saat mobilnya sudah tidak terlihat.
Aku buru-buru masuk rumah dan membenamkan wajahku di bantal. Aku sebal
sekali kenapa aku bisa begitu cengeng sekarang.
Dulu di awal-awal pernikahan saat Idan pergi dan tak pulang-pulang bahkan aku nyaris tak peduli. Apa semua karena cinta?
Beberapa saat kemudian Ibu datang. Aku hapus air mataku dan keluar menyambut Ibu.
“Kamu habis nangis Pit?” Ibu seperti bisa menangkap apa yang barusan terjadi.
“Enggak. Cuma kelilipan tadi” sanggahku.
“Sudahlah, Idan kan Cuma pergi beberapa waktu saja. Tak akan lama. Kan
ada Ibu yang menemani sementara?” Ibu seperti faham dan memaklumi
kebohongaku.
Aku Cuma tersenyum. Kujawab dalam hati, Iya Bu
memang tidak sendiri karena Ibu temani. Tapi hatiku yang terasa sepi
karena tidak ada Idan di sisi.
***
Hari-hariku tanpa
Idan benar-benar sepi. Meskipun aku bisa ngobrol sama ibu tapi rasanya
tetap beda. Ngobrol sama ibu lebih banyak seriusnya. Kadang ibu berusaha
menghiburku dengan lelucon-leluconala tahun 70-annya tapi buatku itu
tak lucu sama sekali. Idan tetap lebih lucu bagiku mengalahkan pelawak
manapun.
Saat jadi sahabatku ia selalu berhasil menghiburku
dengan lelucon-leluconkonyolnya bila aku lagi sedih. Meskipun kadang
malah membuatku makin sebel dan dia jadi sasaran tinju dariku.
Tiap hari Idan telpon mengabarkan dia lagi dimana, menanyakan apakah
aku baik-baik saja, bagaimana kesehatanku, apakah aku sudah makan atau
belum, aku lupa minum susu ibu hamil apa tidak dan banyak hal. Aku
biasanya hanya menjawab pendek-pendek saja. Yang kubutuhkan saat itu
hanya mendengarkan suaranya saja. Aku sudah senang.
Tanpa Idan
yang setiap hari rajin mengurusku aku jadi malas makan dan malas
melakukan apa saja. Bukannya aku tak menghargai kerja keras ibuku yang
beberapa waktu ini mengurusku tapi sudah kubilang dari awal bahwa
bersama Idan akan lain rasanya. Aku sudah terbiasa apapun dengan Idan.
“Ayolah Pit makan. Ibu sudah capek-capek membuatkanmu bubur ayam masak gak disentuh sedikitpun?”
“Belum laper” jawabku sekenanya.
“Tapi nanti kalau kamu gak makan kan kamu sakit? Pikirkan kesehatanmu Pit! Pikirkan anakmu!” Ibu mulai menceramahiku.
“Aku maunya disuapi sama Idan”
“Apa? Idan kan masih di luar kota? Masak ya kamu minta dia balik
cepat-cepat hanya buat nyuapin kamu makan? Jangan kekanakan kamu Pit!”
Aku diam saja. Ibu kembali ke dapur sambil ngomel. Beberapa saat kemudian datang lagi sambil bilang alau Idan telpon.
“Halo Pit?” Suara di seberang sana tampak sedang gembira sekali.
“Ya?” jawabku pendek.
“Udah makan? Kata ibu kamu susah makan akhir-akhir ini kenapa? Nanti sakit lho”
“Aku belum lapar. Nanti aja kalau dah lapar. Atau kalau kamu sudah pulang”
“Hah? Jangan main-main kamu Pit. Aku kan masih sebulan lagi baru balik? Sabar dong Pit pangeranmu ini akan segera datang hehe”
Kali ini sama sekali tak lucu. Ya tak lucu.
***
Kondisi kesehatanku semakin buruk. Aku semakin susah makan dan minum
vitamin. Ibu jadi makin kerepotan mengurusiku yang makin rewel seperti
bayi. Berkali-kali ibu telpon Idan dan Idan membujukku tapi tak satupun
bujukannya kuhiraukan. Yang kumau sekarang adalah dia ada disini
sekarang.
Paginya aku mengalami demam tinggi. Ibu panik dan
menelpon dokter. Setengah tak sadarkan diri samar-samar kudengar ibu
juga menelpon keluarga di rumah buat minta bantuan segera.
Rasanya kesadaranku semakin memudar. Kurasakan nyeri yang teramat sangat
di perut bagian bawahku. Sesuatu yang panas membasahi rok dan sprei
tempatku terbaring. Dan selanjutnya gelap…
***bersambung 7....
ღ✫¸.•°*”˜Merenda Nuansa Cinta˜”*°•.✫ღ
Anietha Love
Setelah Kau Menikahiku 6 (Pernikahan Simulasi Part 6)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
-
Follow me
You can follow my updates on Twitter
-
My Facebook
You can follow my updates on Facebook
-
Posts RSS
Read my full posts on your favorite feed reader
Search this blog
Labels
- “Menggapai Berkah Dunia Akhirat” (10)
- ~*~Cerbung~*~ (9)
- ~Menikah~ (2)
- ♥¸.•*~♥Merenda Nuansa Cinta♥¸.•*~♥ (29)
- ♥❀❤ ♥Cinta♥Takwa♥Syurga♥❀❤ (5)
- ♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪Aku Merindui MU♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪ (13)
- Anietha Love (1)
- Anietha loVe... (39)
- Anugrah Terindah (3)
- Azab neraka (9)
- cinta dan sayang (1)
- Diare Cinta.... (5)
- kata mutiara (1)
- kesehatan.. (1)
- Natasya Love (17)
- Renungan diri (11)
- sebuah catatan (5)
- senandung rindu (1)
- suara hati (1)
- sweet love (2)
- Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒεїз Senandung Do'a εїзƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ (19)
Arsip Blog
-
▼
2012
(112)
-
▼
Desember
(19)
- ♥ Keutamaan Sayyidul Istighfar ♥
- SURAT KEMATIANMU ....
- Keutamaan Bersetubuh Malam Jum'at
- setelah kau menikahiku 9. perkawinan simulasi(9).
- Setelah Kau Menikahiku 8 (Pernikahan Simulasi Part 8)
- Setelah Kau Menikahiku 7 (Pernikahan Simulasi Part 7)
- Setelah Kau Menikahiku 6 (Pernikahan Simulasi Part 6)
- Setelah Kau Menikahiku 5 (Pernikahan Simulasi Part 5)
- Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simulasi Part 4)
- Setelah Kau Menikahiku 3 (Pernikahan Simulasi Part 3)
- Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simulasi Part 2)
- ~CERBUNG~Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simul...
- ::::.. HASBUNALLAH WA NI'MAL WAKIL ..::::
- Bersediakah Ukhty Jadi Istri Kedua Saya? ...
- RIDHO SUAMI itu adalah SURGA bagimu wahai PARA IST...
- ~Surat untuk seorang akhwat ...
- ISTRIKU…BERHENTILAH MENGELUH ...
- ::ADAKALANYA KENYATAAN TIDAK SEINDAH IMPIAN::
- ♥ UNTUK MU YANG SEDANG DALAM PENANTIAN ♥
-
▼
Desember
(19)
Translate
Popular Posts
-
Cerbung Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simulasi Part 1) ”Aku sungguh-sungguh tidak mengerti kenapa orang harus menikah,&qu...
-
RUMUS MENGHITUNG MASA HAID ............ Fiqih Wanita ............... Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,..... Dikataka...
-
Do'a Mohon Keberkahan اَللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالِي وَوَلِدِيْ ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَنِيْ ، وَأَطِلْ حَيَاتِيْ عَلَى ...
-
... ADAB JIMA' DAN CARA BERHUBUNGAN INTIM SUAMI ISTRI DALAM ISLAM (Khusus Dewasa) ... Bismillahir-Rahmaanir-Rahi m ... Hari i...
-
Bismillah,,,, ~** Akhi, kutunggu khitbahmu **~ [Ya Rabbi, ajarilah kami untuk bijak dalam berpikir, santun dalam bersikap dan bertu...
-
※"KUAT KAN LAH HUBUNGAN KAMI YA ALLAH"※ Ku mendesah berjalan menempuh ingin berteduh dari segala keluh&gaduh.. Kasih.. K...
-
Yang berlalu biarlah berlalu, karena bagaimanapun semua telah berakhir. Biarkan semuanya tenggelam bersama matahari. Tidak usah mena...
-
Kisah Indah Malam Pertama Seorang Pengantin Muslimah... Bismillah ...Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gau...
-
UNTUKMU CALON MAKMUMKU... Bismillaahirrahmaanirrahiim,, Duhai Ukhty,,, Terurai kata seuntai Do'a slalu ku panjatkan Kepada AL...
-
Untuk Calon Istri Dalam Penantian... Maafkanlah bila kuputuskan TALI cinta kita... Maafkanlah bila kubuang rasa RINDU didada... Maa...
Mengenai Saya
Total Tayangan Halaman
~~~MERINTIS PERJALANAN CINTA'KU ~~~
Tersenyumlah meski hati terluka!
yakinlah Allah hanya menguji iman kita,
mungkin kita pernah menangis kala bahagia,
karena takut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja,
''PENANTIAN'KU''
Ya Rabbku,
Tak terasa waktu terus menanjak,
Dan usiapun terus bertambah,
Kaki pun terus menapak,
Di atas garisan taqdir-Mu,
Langkah sendiriku tanpa pimpinan,
Langkah sendiriku tanpa penuntun,
Langkah sendiriku tanpa Imam,
Dan Engkaulah yang selalu jadi Teman sendiriku,
Kadang lelah menghujam,
Saat hati terantuk batu ujian,
Kadang gundah datang menyerang,
Saat langkah tiba di persimpangan,
Namun Engkaulah penyembuh dan penunjuk jalanku.
Ya Ilahi Rabbi,
Langkahku akan goyah tanpa kekuatan kasih-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa bimbingan-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa tuntunan-Mu
Dan langkahku akan goyah tanpa campur tangan-Mu.
Semua telah menjadi ketetapan-Mu,
Semua telah menjadi kepastian-Mu,
Dan semua telah Engkau tulis di Lauh Mahfudz bagianku,,,,,
Rencana-Mu tak mampu kureka,
Ketetapan-Mu tak mampu ku duha,
Namun kuyakin itu senantiasa baik dan indah untukku. Sesuai kehendak-Mu.
Ya Allah Ilahi Rabbi,
Aku akan lemah tanpa seorang teman,
Yang akan menemani sendiriku memaknai semua yang Engkau sajikan,
Karena dunia-Mu sarat dengan godaan,
Yang setiap saat dapat menyesatkan Iman,
Penantian ini terasa panjang dan melalahkan, jika belum segera di akhirkan,,,,
Ya Rabbi, segerakan aku seorang Imam, sebagai penyempurna separuh agamaku.
Seorang Insan pilihan yg terbaik Sesuai kehendak-Mu dan dlm ridha-Mu.
Aamiin Ya Rabb'alamiin,,,,,
Tak terasa waktu terus menanjak,
Dan usiapun terus bertambah,
Kaki pun terus menapak,
Di atas garisan taqdir-Mu,
Langkah sendiriku tanpa pimpinan,
Langkah sendiriku tanpa penuntun,
Langkah sendiriku tanpa Imam,
Dan Engkaulah yang selalu jadi Teman sendiriku,
Kadang lelah menghujam,
Saat hati terantuk batu ujian,
Kadang gundah datang menyerang,
Saat langkah tiba di persimpangan,
Namun Engkaulah penyembuh dan penunjuk jalanku.
Ya Ilahi Rabbi,
Langkahku akan goyah tanpa kekuatan kasih-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa bimbingan-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa tuntunan-Mu
Dan langkahku akan goyah tanpa campur tangan-Mu.
Semua telah menjadi ketetapan-Mu,
Semua telah menjadi kepastian-Mu,
Dan semua telah Engkau tulis di Lauh Mahfudz bagianku,,,,,
Rencana-Mu tak mampu kureka,
Ketetapan-Mu tak mampu ku duha,
Namun kuyakin itu senantiasa baik dan indah untukku. Sesuai kehendak-Mu.
Ya Allah Ilahi Rabbi,
Aku akan lemah tanpa seorang teman,
Yang akan menemani sendiriku memaknai semua yang Engkau sajikan,
Karena dunia-Mu sarat dengan godaan,
Yang setiap saat dapat menyesatkan Iman,
Penantian ini terasa panjang dan melalahkan, jika belum segera di akhirkan,,,,
Ya Rabbi, segerakan aku seorang Imam, sebagai penyempurna separuh agamaku.
Seorang Insan pilihan yg terbaik Sesuai kehendak-Mu dan dlm ridha-Mu.
Aamiin Ya Rabb'alamiin,,,,,
~~~***LoVe***~~~
ANGAN'KU
Menurutku menulis adalah suatu kebebasan,
luapan rasa yang tercurah dari hati penuh kejujuran,
dan aku memang bukan siapa-siapa,
mungkin buat sebagian orang coretanku tidaklah penting, tapi bagiku itu adalah nyawa pena hati,
yg selalu bersemayam dan terpatri didalam jiwa.
karya-karyaku adalah nyanyian jiwaku,
semoga apa yang telah tergores dapat bermanfaat,
juga dapat memberi ruang bagi jiwa-jiwa yang lain untuk berekspresi.
biarkan jari jemari menarikan penanya dengan lincah,
hingga terciptalah mahakarya penuh cinta.
Terimakasih Tuhan atas segala karunia yg telah KAU beri,
trimakasih untuk kedua orang tuaku, juga trimakasih untuk orang-orang yang telah memberiku banyak cinta dan kasih,
yang telah memberiku support dalam berkarya.
Thank you for everything.
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar