Setelah Kau Menikahiku 5
(Pernikahan Simulasi Part 5)
Pernikahan Simulasi (Bagian 5)
"Aku sudah bicara dengan Idan, Pram. Tapi aku terpaksa menunda proses
perceraian itu. Idan baru saja kehilangan ibunya. Rasanya tidak pantas
bicara soal perceraian saat ini."
"Berapa lama?"
"Entahlah. Sebulan dua bulan mungkin."
"Kau tahu waktu kita sangat terbatas, Ta. Aku tidak bisa menunda
kepulanganku ke Jerman. Dan aku tidak tahu kapan aku bisa kembali ke
sini lagi. Mungkin tidak dalam setahun atau dua tahun ke depan. Dan kita
akan kehilangan waktu yang mestinya bisa kita lewati berdua."
"Aku tahu, Pram. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Idan sekarang. Dia membutuhkan aku."
"Aku lebih membutuhkanmu dari dia, Ta. Dan pikirkan dirimu sendiri. Apa kau tidak ingin kita bisa seterusnya bersama?"
Aku menghela napas panjang. "Entahlah, Pram, " bisikku.
"Apa maksudmu?" suara Pram terdengar kaget.
"Aku.... Aku tidak akan bahagia kalau Idan menderita."
"Ita! Kau tidak.... Dengar, pikir baik-baik. Menurutmu, kalau kau tersiksa hidup dengannya, ia akan bahagia?"
"Aku tidak merasa menderita menjadi istrinya."
"Tapi kau tidak bahagia!"
"Aku bahagia, Pram. Mungkin tidak seperti saat aku bersamamu. Tapi Idan membuatku bahagia."
"Kau tidak bisa melakukan ini, Ta. Kau hanya kasihan kepadanya.
Sebentar lagi kau akan berubah pikiran dan saat itu kau akan menyesal
karena membuang kesempatan ini."
"Aku bisa belajar memaafkan diriku sendiri."
"Ita, kau tidak mencintainya!"
"Ia mencintaiku. Itu lebih dari cukup."
"Kau hanya bingung, Ta. Aku mengerti. Tapi apa kau lupa kalau aku sangat mencintaimu?"
"Aku tidak pernah akan lupa, Pram."
"Lantas apa yang membuatmu berubah pikiran secepat ini?"
"Idan mengajariku tentang cinta."
"Hanya karena itu?"
"Juga karena aku yakin, aku akan belajar mencintainya."
"Ita...."
"Selamat tinggal, Pram. Mudah-mudahan kau akan sebahagia aku nantinya, atau mungkin lebih bahagia lagi."
Telepon kututup sebelum air mataku luruh.
"Upit."
Aku tersentak dan berbalik seketika. Entah sudah berapa lama Idan
berdiri di belakangku. Wajahnya penuh tanda tanya dan ia menggeleng
perlahan sambil duduk di lantai di sisi kursiku.
"Kenapa?" tanyanya.
Aku tak bisa menjawab. Air mataku menetes satu-satu dan dengan lembut ia menyeka pipiku dengan jarinya.
"Aku tak bisa melihatmu begini," lanjutnya pelan. "Ini keputusan yang
sangat konyol, Pit. Kau benar-benar akan membiarkan kesempatanmu berlalu
sekali lagi?"
Aku mengangguk.
"Dia akan membuatmu sangat bahagia, Pit."
Aku mengangguk.
"Kau akan menyesal."
Aku mengangguk.
"Kau akan sedih, kecewa...."
Aku mengangguk.
"Kau tidak mencintaiku."
Aku menggeleng.
Idan terbelalak. "Upit!" pekiknya tertahan. "Idan!"
Ya. Begitulah pada akhirnya status “simulasi” dalam pernikahan kami
berakhir. Waktunya menghadapi keseriusan bahwa aku sekarang sudah
benar-benar menjadi istri Idan yang sah meskipun sebenarnya dari awal
pernikahan kami, akad itu sudah sah menurut agama karena ternyata Idan
mengucapkan ijab qobulnya dengan sungguh-sungguh. Hanya aku saja yang
waktu itu menganggab bahwa pernikahan kami semata-mata hanyalah simulasi
belaka. Namun nyatanya? Idan serius mencintaiku yang malangnya aku tak
pernah menyadarinya sebelumnya.
Dan berakhir pula hubunganku
dengan Pram yang semula aku harapkan akan jadi masa depan impianku.
Namun, bukankah di dunia ini apapun bisa terjadi? Segalanya bisa berubah
dengan sangat cepat semudah membalikkan telapak tangan kita.
Perceraian yang kami rencanakan sebelumnya pun batal. Dan kami hanya
ingin kami sajalah yang mengetahui perihal itu… Oh tidak hanya kami,
tapi juga Pram yang juga mengetahuinya. Biarlah keluarga, kerabat dan
teman-teman tetap menganggap tidak terjadi apa-apa yang serius di antara
kami dan biarlah mereka tetap dengan anggapan bahwa kami hidup bahagia
selayaknya suami istri pada umumnya.
Masih terngiang betapa
terpananya Idan ketika aku bilang aku juga mencintainya. Ada gurat
kebahagiaan tiada tara di wajahnya, pendar takjub di matanya dan seulas
senyum di bibirnya yang entah aku masih sulit mengartikan senyum itu. Ia
memelukku erat-erat seolah tidak mau lagi kehilangan diriku lagi. Dan
akupun memeluknya dengan haru di wajahku yang entah kurasa cukup untuk
mengatakan “Maafkan segala ketololan dan kebutaanku selama ini” karena
saat itu aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Tenggorokanku begitu
tercekat menahan tangisku. Tangis penyesalan atas segala kesalahan dan
tangis keharuan atas keputusan besar yang baru saja aku ambil.
Aku tidak tahu seberapa besar aku mencintainya setelah semua yang telah
terjadi namun hal itu sudah membuat Idan begitu bahagia. Yang jelas,
sekarang aku benar-benar sedang belajar mencintainya, memulai kembali
aktivitas kami seperti hari-hari awal pernikahan “simulasi” kami, dan
merenda jalinan cinta sesungguhnya yang tidak pernah ada di awal
pernikahan kami yang aku anggab hanya simulasi.
Aku mulai
mengagumi segala kelebihan Idan dan aku mulai lagi belajar menerima
kekurangannya, kebiasaan-kebiasaan buruknya dan segala kekonyolannya.
Bahkan aku mulai sering menemaninya menonton film-film action
kesukaannya, menemaninya bermain bola pada akhir pekan namun dengan
konsekuensi, dia juga harus menemani aku jalan-jalan dan jadwalnya
bergiliran. Dia juga tidak boleh protes jika aku sedang menikmati
music-musik orchestra kesayanganku. Impas lah istilahnya.
Awalnya memang sangat sulit dan menyiksa diri namun ketika bad mood itu
datang, kupandangi wajah Idan yang begitu bahagia saat kutemani,
keantusiasannyabercerita ini-itu untuk menghiburku, ku ingat bahwa dia
tidak pernah mengeluh saat aku memintanya menemani aku jalan-jalan yang
mungkin sebenarya sangat membosankan baginya. Pengorbanan.
Ya,
mungkin memang perlu pengorbanan dari masing-masing dalam menjaga
keharmonisan hubungan dalam rumah tangga. Setidaknya, itulah salah satu
hal yang kucatat ketika kami menjalani pernikahan simulasi sebelumnya.
Idan pun makin lama kurasakan makin memanjakanku. Banyak hal yang
harusnya kulakukan sebagai seorang istri, malah Idan yang melakukannya.
Sebelum berangkat kerja dia masih sempat menyiapkan sarapan untukku.
Bahkan jika aku sedang kecapekan dan tak sempat mencuci bajuku sendiri,
dia pula yang mencucikan dan menyetrikanya. Dan herannya aku tak bisa
menolaknya. Justru aku menikmatinya karena dia selalu melakukan hal-hal
itu dengan senyum terkembang yang sulit kuartikan. Hmm paradox sekali
dengan diriku beberapa tahun lalu saat masih lajang, sebagai wanita
karir yang terbiasa mandiri dan tak pernah mau membebani orang lain.
Ada apa denganku? Tapi sebisa mungkin aku mengimbanginya dengan
berusaha membantu pekerjaaanya dan menemaninya melakukan aktivitas rutin
jika diperlukan. Aku usahakan membuat kesan bahwa segala hal bisa kami
lakukan bersama. Berdua.
Namun ada kalanya kami sibuk dengan
keasyikan masing-masing. Tentu setiap orang kadang butuh sendiri. Ya
seperti sekarang ini, ketika aku sibuk menimang-nimangdan menata
baju-baju baru kesayanganku, Idan juga sibuk sendiri di depan computer
canggih kesayangannya.
Dengan sedikit mengendap-endapkuintip
ia di ruang kerjanya. Dia sedang asyik membuka-buka program yang entah
aku tak tahu apa fungsinya. Serius banget. Hmm mungkin perlu sedikit
dikagetkan. Pelan-pelan kubuka pintunya dan diam-diam aku berjalan di
belakangnya dengan niatan menggelitikinya. Aku tahu banget kalau Idan
sangat sensitif jika digelitiki dan dia bisa sampai tertawa
terbahak-bahak sambil minta ampun.
Sedikit lagi sampai. Tapi
sebelum aku sempat menyentuhnya, dengan cepat Idan lebih dulu menarik
tanganku sehingga aku jatuh ke pangkuannya dan justru dia yang lebih
dulu menggelitikiku.
“Aaaaaa hentikan!” pintaku karena akupun tak tahan digelitikin.
Idan terbahak. “Rasakan nona manis. Ini akibatnya jika berusaha menjahili orang.”
“Kok bisa tahu sih?” tanyaku heran.
Dengan masih belum berhenti menggelitikiku,mata idan melirik nakal ke
kaca kecil yang terpasang di samping monitornya. Oooh ternyata cerdik
juga orang ini. Dia baru berhenti menggelitikiku saat aku berontak dan
balas menggelitikinya. Dia menjerit-jerit minta ampun dan melepaskanku.
Aku bergegas keluar ruangan dan sebelum aku menutup pintu idan masih
sempat nyeletuk.
“Jangan kira kalau pangeran tampan ini gak tahu jika sang putri suka diam-diam mengintipnya hahaha”
Huuuh. Kututup pintu ruang kerjanya dengan sebel. Dalam hati aku
merutuki diriku sendiri kenapa sih akhir-akhir ini aku suka melakukan
hal-hal yang aneh seperti barusan. Bikin tengsin saja. Maluuuu…!!!
***
Pagi ini aku berusaha bangun lebih pagi dari biasanya mengalahkan
keinginanku untuk tidur lagi setelah subuh. Kulirik sesosok lelaki
disampingku, tak seperti biasanya Idan tidur lagi. Mungkin ia sangat
kecapekan setelah semalaman lembur mengerjakan proyek terbarunya. Hmm di
sampingku? Iya Idan tidur di sampingku. Perlu diingat bahwa kami
sekarang sudah menjadi suami-istri yang sesungguhnya. Bukan lagi
“simulasi”.
Pelan-pelan aku beranjak dari tempat tidur kami.
Aku keluar dan kututup pintu pelan-pelan agar Idan tidak terbangun.
Tiba-tiba kubuka kembali pintu itu. Ingin sekali memandangi Idan yang
tertidur pulas dengan wajah yang sama sekali berbeda dari saat dia sadar
dan penuh dengan kekonyolan. Manis juga.
Aku sengaja bangun
lebih pagi karena aku ingin mempraktekkan resep yang diam-diam telah
kupelajari selama beberpa hari ini. Aku ingin menyiapkannya untuk
sarapan Idan. Sarapan yang belum pernah kusiapkan sekalipun untuknya
selama kami menjadi suami-istri. Biasanya selalu Idan yang menyiapkan
sarapan kami. Maklum aku kan tadinya suka bangun telat. Dan hebatnya
lagi hal itu tidak pernah diprotes oleh Idan.
Meskipun yakin
aku telah hafal dan paham dengn resep masakan kemarin, tapi aku masih
ragu. Kubaca-baca kembali buku resepnya. Nah, sekarang aku sudah yakin
dan segera kusiapkan alat-alat dan bahannya. Duuuh Idan jangan bangun
dulu ya sebelum semuanya selesai? Ini pasti akan berantakan sekali..
***
Air di panci masakanku sudah terdengar mendidih. Tandanya masakanku
sudah matang. Sup santan jagung asparagus, resep yang kudapatkan dari
sebuah majalah wanita langganan ibuku. Kuangkat dan kutuang ke mangkok
besar pemberian Ibuku. Dari aromanya sih tercium menggiurkan. Rasanya?
Perlu kucoba dulu. Kuambil sendok makan dan kurasakan sedikit. Hmm sedap
juga.
Baru kali ini aku berhasil masak dengan resep yang agak
rumit. Sekali lagi kucoba menyeruput satu sendok. Sedap. Tapi kenapa
tiba-tiba perutku jadi agak mual? Ah paling gara-gara masih pagi dan
belum makan apa-apa.
Aku angkat mangkok besar itu untuk
kutaruh di meja makan. Tiba-tiba mual-mual di perut tadi kembali
menyerang dengan sangat hebat dan kepalaku tiba-tiba pusing.
Sekonyong-konyong tubuhku pun oleng dan tanpa sengaja mangkok besar sup
panas tadi jatuh, pecah dan tumpah kemana-mana. Aku pun hampir ambruk
sebelum akhirnya Idan lebih siap menyanggaku dari belakang. Ternyata dia
lebih sigab demi mendengar suara pecahan mangkok porcelain yang sangat
nyaring bunyinya.
“Astaga kamu kenapa Pit? Kalau lagi sakit
jangan maksain diri buat masak segala! Biasanya kan aku yang nyiapin
sarapan buat kita? Sori tadi aku ketiduran jadi gak sempet membuat
sarapan. Tapi kita kan bisa beli di luar aja? ” Idan berkata sambil
memapahku menuju kamar.
“Aku gak sakit kok tadinya” Ujarku
lemah. Aku tidak bilang kalau aku hendak memberi kejutan buatnya. Malu
kan jika mau memberi kejutan sekali saja langsung gagal.
Tiba-tiba mual tadi menyerang kembali. Kali ini sudah tidak bisa ditahan
dan aku perlu ke kamar mandi. Aku langsung masuk kamar mandi dan
kututup pintunya. Di dalam aku langsung muntah-muntah hebat. Rasanya
seperti di pencet perutku. Dan setelah itu kepalaku langsung
pusing-pusing.
Di luar Idan masih menungguiku di depan pintu.
“Kamu gak apa-apa kan Pit?” Tanyanya. Ada kekhawatiran dalam nada suaranya.
Aku keluar dan segera dipapah ke tempat tidurku. Aku masih diam.
“Mending hari ini kamu tidak usah masuk kerja. Aku juga akan cuti sehari ini. Akan kuantar kamu ke dokter.”
“Tidak usah Dan. Aku gapapa. Mungkin cuma masuk angin sedikit. Kamu berangat kerja aja.”
Semula Idan tetap bersikukuh akan mengantarku ke dokter. Namun setelah
kuyakinkan kalau aku benar-benar tidak apa-apa akhirnya dia nurut juga.
Dia berangkat ke kantor dengan enggan. Tanpa kuantar sampai ke depan,
tanpa kurapikan dasinya, tanpa kucium tangannya dan tentu tanpa
kebiasaannya mengecup keningku sebelum pergi.
Sebelum pergi dia masih sempat menelepon ibuku untuk mengabarkan atau lebih tepatnya mengadukan kalau aku sakit hari ini.
***
Idan memberikan telponnya padaku. Katanya ibu ingin bicara.
Pelan-pelan kuucapkan salam. Setelah menjawab salamku ibu langsung
menghujaniku dengan banyak pertanyaan. Kujawab seadanya sampai pada
kesimpulan sepihak dari ibu.
“Jangan-jangan kamu hamil Pit!” dari seberang sana ibu begitu histeris.
“Masak sih?” tanngapanku enteng. Aku yakin ini hanya masuk angin biasa tapi kenapa ibu bisa menyimpulkan sampai sejauh itu?
“Udah pokoknya kamu periksa ke dokter sekarang biar kamu yakin. Minta Idan mengantarmu sekarang!”
“Tapi Idan sudah beragkat ke kantor.”
“Kamu minta temenmu atau siapa lah terserah buat ngantar kamu ke dokter. Ibu gak sabar ingin tahu”
Klik! Telpon ditutup. Aduh kesannya kok maksa sih? Tapi aku penasaran
juga. Masak iya sih aku hamil? Apa tanda-tandanya Cuma seperti tadi?
Daripada penasaran aku pun berangkat ke dokter. Aku masih sempat
telpon ke kantor tadi buat ijin tidak masuk kerja karena gak enak badan.
Aku berangkat sendirian dengan taksi. Masih sedikit pusing tapi kalau
Cuma jalan beberapa meter masih kuat lah.
Aku masih bertanya-tanya:apa benar aku hamil?
(Bersambung ke Part 6)
ღ✫¸.•°*”˜Merenda Nuansa Cinta˜”*°•.✫ღ
Anietha Love
Setelah Kau Menikahiku 5 (Pernikahan Simulasi Part 5)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
-
Follow me
You can follow my updates on Twitter
-
My Facebook
You can follow my updates on Facebook
-
Posts RSS
Read my full posts on your favorite feed reader
Search this blog
Labels
- “Menggapai Berkah Dunia Akhirat” (10)
- ~*~Cerbung~*~ (9)
- ~Menikah~ (2)
- ♥¸.•*~♥Merenda Nuansa Cinta♥¸.•*~♥ (29)
- ♥❀❤ ♥Cinta♥Takwa♥Syurga♥❀❤ (5)
- ♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪Aku Merindui MU♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪ (13)
- Anietha Love (1)
- Anietha loVe... (39)
- Anugrah Terindah (3)
- Azab neraka (9)
- cinta dan sayang (1)
- Diare Cinta.... (5)
- kata mutiara (1)
- kesehatan.. (1)
- Natasya Love (17)
- Renungan diri (11)
- sebuah catatan (5)
- senandung rindu (1)
- suara hati (1)
- sweet love (2)
- Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒεїз Senandung Do'a εїзƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ (19)
Arsip Blog
-
▼
2012
(112)
-
▼
Desember
(19)
- ♥ Keutamaan Sayyidul Istighfar ♥
- SURAT KEMATIANMU ....
- Keutamaan Bersetubuh Malam Jum'at
- setelah kau menikahiku 9. perkawinan simulasi(9).
- Setelah Kau Menikahiku 8 (Pernikahan Simulasi Part 8)
- Setelah Kau Menikahiku 7 (Pernikahan Simulasi Part 7)
- Setelah Kau Menikahiku 6 (Pernikahan Simulasi Part 6)
- Setelah Kau Menikahiku 5 (Pernikahan Simulasi Part 5)
- Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simulasi Part 4)
- Setelah Kau Menikahiku 3 (Pernikahan Simulasi Part 3)
- Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simulasi Part 2)
- ~CERBUNG~Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simul...
- ::::.. HASBUNALLAH WA NI'MAL WAKIL ..::::
- Bersediakah Ukhty Jadi Istri Kedua Saya? ...
- RIDHO SUAMI itu adalah SURGA bagimu wahai PARA IST...
- ~Surat untuk seorang akhwat ...
- ISTRIKU…BERHENTILAH MENGELUH ...
- ::ADAKALANYA KENYATAAN TIDAK SEINDAH IMPIAN::
- ♥ UNTUK MU YANG SEDANG DALAM PENANTIAN ♥
-
▼
Desember
(19)
Translate
Popular Posts
-
Cerbung Setelah Kau Menikahiku (Pernikahan Simulasi Part 1) ”Aku sungguh-sungguh tidak mengerti kenapa orang harus menikah,&qu...
-
RUMUS MENGHITUNG MASA HAID ............ Fiqih Wanita ............... Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,..... Dikataka...
-
Do'a Mohon Keberkahan اَللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالِي وَوَلِدِيْ ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَنِيْ ، وَأَطِلْ حَيَاتِيْ عَلَى ...
-
... ADAB JIMA' DAN CARA BERHUBUNGAN INTIM SUAMI ISTRI DALAM ISLAM (Khusus Dewasa) ... Bismillahir-Rahmaanir-Rahi m ... Hari i...
-
Bismillah,,,, ~** Akhi, kutunggu khitbahmu **~ [Ya Rabbi, ajarilah kami untuk bijak dalam berpikir, santun dalam bersikap dan bertu...
-
※"KUAT KAN LAH HUBUNGAN KAMI YA ALLAH"※ Ku mendesah berjalan menempuh ingin berteduh dari segala keluh&gaduh.. Kasih.. K...
-
Yang berlalu biarlah berlalu, karena bagaimanapun semua telah berakhir. Biarkan semuanya tenggelam bersama matahari. Tidak usah mena...
-
Kisah Indah Malam Pertama Seorang Pengantin Muslimah... Bismillah ...Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gau...
-
UNTUKMU CALON MAKMUMKU... Bismillaahirrahmaanirrahiim,, Duhai Ukhty,,, Terurai kata seuntai Do'a slalu ku panjatkan Kepada AL...
-
Untuk Calon Istri Dalam Penantian... Maafkanlah bila kuputuskan TALI cinta kita... Maafkanlah bila kubuang rasa RINDU didada... Maa...
Mengenai Saya
Total Tayangan Halaman
~~~MERINTIS PERJALANAN CINTA'KU ~~~
Tersenyumlah meski hati terluka!
yakinlah Allah hanya menguji iman kita,
mungkin kita pernah menangis kala bahagia,
karena takut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja,
''PENANTIAN'KU''
Ya Rabbku,
Tak terasa waktu terus menanjak,
Dan usiapun terus bertambah,
Kaki pun terus menapak,
Di atas garisan taqdir-Mu,
Langkah sendiriku tanpa pimpinan,
Langkah sendiriku tanpa penuntun,
Langkah sendiriku tanpa Imam,
Dan Engkaulah yang selalu jadi Teman sendiriku,
Kadang lelah menghujam,
Saat hati terantuk batu ujian,
Kadang gundah datang menyerang,
Saat langkah tiba di persimpangan,
Namun Engkaulah penyembuh dan penunjuk jalanku.
Ya Ilahi Rabbi,
Langkahku akan goyah tanpa kekuatan kasih-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa bimbingan-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa tuntunan-Mu
Dan langkahku akan goyah tanpa campur tangan-Mu.
Semua telah menjadi ketetapan-Mu,
Semua telah menjadi kepastian-Mu,
Dan semua telah Engkau tulis di Lauh Mahfudz bagianku,,,,,
Rencana-Mu tak mampu kureka,
Ketetapan-Mu tak mampu ku duha,
Namun kuyakin itu senantiasa baik dan indah untukku. Sesuai kehendak-Mu.
Ya Allah Ilahi Rabbi,
Aku akan lemah tanpa seorang teman,
Yang akan menemani sendiriku memaknai semua yang Engkau sajikan,
Karena dunia-Mu sarat dengan godaan,
Yang setiap saat dapat menyesatkan Iman,
Penantian ini terasa panjang dan melalahkan, jika belum segera di akhirkan,,,,
Ya Rabbi, segerakan aku seorang Imam, sebagai penyempurna separuh agamaku.
Seorang Insan pilihan yg terbaik Sesuai kehendak-Mu dan dlm ridha-Mu.
Aamiin Ya Rabb'alamiin,,,,,
Tak terasa waktu terus menanjak,
Dan usiapun terus bertambah,
Kaki pun terus menapak,
Di atas garisan taqdir-Mu,
Langkah sendiriku tanpa pimpinan,
Langkah sendiriku tanpa penuntun,
Langkah sendiriku tanpa Imam,
Dan Engkaulah yang selalu jadi Teman sendiriku,
Kadang lelah menghujam,
Saat hati terantuk batu ujian,
Kadang gundah datang menyerang,
Saat langkah tiba di persimpangan,
Namun Engkaulah penyembuh dan penunjuk jalanku.
Ya Ilahi Rabbi,
Langkahku akan goyah tanpa kekuatan kasih-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa bimbingan-Mu,
Langkahku akan goyah tanpa tuntunan-Mu
Dan langkahku akan goyah tanpa campur tangan-Mu.
Semua telah menjadi ketetapan-Mu,
Semua telah menjadi kepastian-Mu,
Dan semua telah Engkau tulis di Lauh Mahfudz bagianku,,,,,
Rencana-Mu tak mampu kureka,
Ketetapan-Mu tak mampu ku duha,
Namun kuyakin itu senantiasa baik dan indah untukku. Sesuai kehendak-Mu.
Ya Allah Ilahi Rabbi,
Aku akan lemah tanpa seorang teman,
Yang akan menemani sendiriku memaknai semua yang Engkau sajikan,
Karena dunia-Mu sarat dengan godaan,
Yang setiap saat dapat menyesatkan Iman,
Penantian ini terasa panjang dan melalahkan, jika belum segera di akhirkan,,,,
Ya Rabbi, segerakan aku seorang Imam, sebagai penyempurna separuh agamaku.
Seorang Insan pilihan yg terbaik Sesuai kehendak-Mu dan dlm ridha-Mu.
Aamiin Ya Rabb'alamiin,,,,,
~~~***LoVe***~~~
ANGAN'KU
Menurutku menulis adalah suatu kebebasan,
luapan rasa yang tercurah dari hati penuh kejujuran,
dan aku memang bukan siapa-siapa,
mungkin buat sebagian orang coretanku tidaklah penting, tapi bagiku itu adalah nyawa pena hati,
yg selalu bersemayam dan terpatri didalam jiwa.
karya-karyaku adalah nyanyian jiwaku,
semoga apa yang telah tergores dapat bermanfaat,
juga dapat memberi ruang bagi jiwa-jiwa yang lain untuk berekspresi.
biarkan jari jemari menarikan penanya dengan lincah,
hingga terciptalah mahakarya penuh cinta.
Terimakasih Tuhan atas segala karunia yg telah KAU beri,
trimakasih untuk kedua orang tuaku, juga trimakasih untuk orang-orang yang telah memberiku banyak cinta dan kasih,
yang telah memberiku support dalam berkarya.
Thank you for everything.
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar